Monday, March 21, 2016

Sistem Pendidikan yang Menumbuhkan



Judul : Sekolah yang Menyenangkan
Penulis : Anna Farida, Suhud Rois, dan Edi S. Ahmad
Penerbit : Nuansa Cendekia
Tahun  terbit : 2014

Belajar adalah tempat yang mengalir, dinamis, penuh risiko, dan menggairahkan. Belum ada kata “aku tahu” di sana. Kesalahan, keceriaan, dan ketakjuban mengisi tempat itu. (Quantum Teaching).

Jika benar proses belajar digambarkan seperti pernyataan di atas, mengapa masih ada anak yang seringkali merasa bosan bahkan menghindar ketika disodori berbagai mata pelajaran sesuai kurikulum yang telah ditetapkan? Benarkah proses pembelajaran di setiap sekolah di Indonesia telah membuat siswa-siswanya menjadi pribadi yang bertumbuh?
Buku “Sekolah yang Menyenangkan” ini mencoba menjelaskan gambaran ideal sistem pendidikan yang diyakini dapat memaksimalkan potensi dan mengembangkan karakter setiap anak. Bagaimana agar kata “belajar” tidak membuat seorang anak menjadi mengkerut lalu mundur teratur dan kemudian berlari menjauhinya. Tetapi sebaliknya, menyambut dengan suka cita, bahkan tergoda untuk menjadikan “belajar” sebagai bagian solid dari kehidupan mereka. 

Bukunya dibeli tahun 2014, baru dibaca 2016 #penimbunbuku :)

Adalah salah satu tugas seorang pendidik untuk menciptakan paradigma belajar menjadi suatu definisi yang menyenangkan, bukan menyebalkan. Sekolah seharusnya merupakan lembaga yang dapat membuat para guru kreatif berkarya, membuat para siswa bertumbuh tanpa harus kehilangan jati dirinya, dan membuat  setiap orangtua tak canggung berbagi pikiran.

Para penulis buku mewakili tiga komponen proses pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan. Anna Farida menuangkan harapan terhadap dunia pendidikan sebagai orangtua. Edi S. Ahmad adalah pemilik konsep sekolah yang menyenangkan. Sedangkan, Suhud Rois adalah praktisi dunia pendidikan yang membagikan pengalaman mengajarnya saat menggunakan konsep sekolah yang menyenangkan.
Buku ini menjelaskan cara mengaktifkan sistem limbik pada bagian otak anak, agar proses belajar bisa berlangsung dengan semangat dan penuh daya kreatif. Harapannya, hasil belajar dapat lebih melekat dalam jangka panjang. Hal tersebut dinilai sangat penting, terutama jika melihat kondisi kurikulum di Indonesia yang dinilai cukup padat (sesuai kutipan pernyataan Kak Seto, mantan ketua Komnas Perlindungan Anak).

Kurikulum yang padat tidak dijadikan sebuah beban. Keresahan siswa dan orang tua siswa diredam guru-guru dengan cara menciptakan banyak terobosan dalam metode pembelajaran. Belajar dengan serius tapi santai adalah prinsip dari sekolah yang menyenangkan. Hal ini dianggap sesuai dengan pendapat Imam al-Ghazali, “ Hendaknya anak kecil diberi kesempatan bermain. Melarangnya bermain dan menyibukkannya dengan belajar terus menerus akan mematikan hatinya, mengurangi kecerdasan, dan membuatnya jemu terhadap hidup sehingga ia akan sering mencari alasan untuk membebaskan diri dari keadaan sumpek ini.” Tentu saja, konteks bermain dalam hal ini adalah aktivitas menyenangkan yang bermuatan pendidikan.

Tak hanya berisi gambaran panduan mengajar untuk guru kreatif, buku ini juga menjelaskan peran orang tua sebagai partner sekolah. Sekolah ideal yang mengedepankan hak anak, akan menciptakan kondisi yang memungkinkan orang tua terlibat aktif. Orang tua dan guru bisa saling memberi masukan mengenai metode pengajaran yang tepat, sesuai dengan kebutuhan putra-putrinya. Hasil tes psikologi di awal siswa di sekolah, tak hanya sekadar syarat pendaftaran. Bukan pula dibuat agar sekolah dapat “mengkondisikan” siswa sehingga menciptakan anak-anak berkarakter seragam, sesuai dengan standar dan keinginan sekolah. Yang dijaga bukanlah reputasi sekolah saja, melainkan benar-benar digunakan untuk lebih memahami siswanya. Hasil tes psikologi tersebut dibuat sebagai dasar untuk menentukan metode pengajaran yang tepat untuk masing-masing siswa.

Satu hal yang agak disayangkan, buku ini hanya mengambil contoh-contoh kasus dari satu sekolah dasar saja. Sehingga tidak ada bahan perbandingan. Sebaiknya pembaca diberikan gambaran lebih luas mengenai seberapa besar tingkat keberhasilan gaya pengajaran “sekolah yang menyenangkan”, dengan memberikan contoh kasus di beberapa sekolah dasar lain yang menerapkan konsep serupa. Salah satu alasan adalah agar terhindar dari anggapan bahwa buku ini hanya sekadar ajang promosi sekolah tertentu.

Terlepas dari hal itu, sepertinya konsep “sekolah yang menyenangkan” yang disajikan dalam buku ini, tetap bisa dijadikan pertimbangan untuk diterapkan di setiap sekolah di Indonesia. Hal itu karena dasar teori dan penjelasan yang disajikan cukup masuk akal dan menyentuh kebutuhan dasar seorang anak. IMHO.


Seandainya sekolah-sekolah di Indonesia seperti Tomoe Gakuen-nya Toto Chan…


Tuesday, February 16, 2016

Dahsyatnya Ibadah Haji



Setiap muslim pasti ingin punya kesempatan melakukan perjalanan religi ke Makkah dan Madinah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Jika kesempatan itu telah ada di dalam genggaman, langkah berikutnya adalah berusaha sebaik-baiknya agar menjadi haji dan hajah yang mabrur, ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Caranya, selain mengikuti latihan manasik yang diadakan oleh KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) yang telah terdaftar di Kementerian Agama, tak ada salahnya memperkaya pengetahuan lewat pengalaman orang lain.
Buku ini menceritakan pengalaman sang penulis selama menjalankan ibadah haji pada tahun 2006. Gaya bertuturnya sederhana dan ringan, sehingga mudah dipahami. Banyak penjelasan cukup detil mengenai hal-hal kecil yang mungkin saja tidak terpikirkan.
Hal yang dianggap sepele terkadang berubah menjadi hal besar kalau tidak tertangani dengan baik. Bapak Abdul Cholik berbaik hati membantu kita memberikan informasinya melalui buku ini. Misalnya, bagaimana menyiapkan koper yang akan dibawa agar mudah dikenali dan tidak gampang tertukar dengan koper jamaah lain yang bentuknya seragam. Bagaimana cara paling mudah untuk mengingat-ingat jumlah putaran saat melakukan tawaf.  Bahkan, disajikan pula tips saat membeli oleh-oleh, atau tips saat antri di toilet.
Sesuai dengan sub judulnya, buku ini lebih banyak menceritakan tentang catatan perjalanan sang penulis. Jadi, penjelasan mendalam mengenai tata cara ibadah haji, beserta doa-doa lengkapnya tidak akan kita temukan. Tetapi, buku ini sudah sangat membantu memberikan gambaran besarnya. Orang yang akan menjalankan ibadah umrah pun dapat belajar dari pengalaman haji sang penulis ini.

Satu hal yang agak disayangkan, pada halaman 129 dan 137, tampak ada kalimat yang terpenggal dan tidak terselesaikan. Mungkin hal itu terjadi karena ada kesalahan cetak. Selebihnya, buku ini layak dijadikan bahan bacaan sebagai upaya mempersiapkan diri melakukan ritual ibadah suci umat Islam. 

Halaman 139. Tulisan di atas gambar terpenggal, tidak ada kelanjutan kalimatnya.

Judul : Dahsyatnya Ibadah Haji (Catatan Perjalanan Ibadah di Makkah dan Madinah)
Penulis : Abdul Cholik
Penerbit : P.T.  Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2014

Prahara Suriah



Kesan awal terhadap buku ini adalah “berat”. Butuh energi banyak untuk bisa dibaca sampai tuntas. Selama ini saya lebih sering membaca buku-buku fiksi anak seperti novel atau picture book (Tumben sekali, kali ini tiba-tiba berminat membeli buku yang membahas tentang perang). Kenyataannya, buku ini memang baru bisa saya tuntaskan setelah sebulan membaca. Hehe…

Order langsung sama penulisnya biar dapet tanda tangan :)

Satu alasan paling kuat yang akhirnya menggerakkan saya untuk menghubungi Mba Dina untuk memesan bukunya adalah, saya penasaran dengan isu-isu yang berkembang di media sosial. Terlalu banyak informasi yang membingungkan sehingga saya tidak tahu lagi harus mempercayai yang mana. Benarkah perang di Suriah adalah pertikaian antara mazhab Sunni dan Syiah? Siapakah sebenarnya Presiden Bashar Assad yang kelihatan begitu dibenci banyak orang?
Saya merasa, sudah saatnya saya mencari tahu sendiri. Saya tidak ingin menjadi orang yang terseret arus mayoritas pendapat, ikut-ikutan membenci sesuatu yang saya sendiri juga tidak tahu pasti kebenarannya. Harapannya, dengan membaca buku ini, saya bisa menilai dari sudut pandang lain.
Sang Penulis buku adalah lulusan magister Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, Bandung. Ia pernah berkarir sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting. Mba Dina juga bergabung dengan Global Future Institute sebagai research associate. Dengan pengalaman tersebut, saya yakin karya tulis Mba Dina ini bukan hanya sekadar opini atau obrolan di warung kopi saja.
Sebagai orang yang sangat awam dengan permasalahan Suriah, saya tidak akan terlalu banyak membahas isi “cerita”nya. Yang jelas, hampir semua pertanyaan yang ada di kepala saya (setelah hampir mabuk membaca berbagai opini negatif yang berseliweran di media sosial) bisa terjawab. Cukup banyak bukti yang ditampilkan, sebagai dasar pemikiran sang penulis dalam usaha membeberkan kebenaran yang ada (misalnya, berupa link youtube, terjemahan wawancara Presiden Bashar Assad dengan beberapa media internasional, atau link berita dari berbagai surat kabar terkait perang Suriah).
Buku ini membuat saya sedikit lebih paham dengan apa yang ada terjadi di balik perang di Suriah. Perang ini melibatkan negara-negara adidaya yang masing-masing memiliki agenda tersendiri. Alasan terjadinya perang di Suriah tidak “secemen” yang kita kira. Apa yang saya khawatirkan, ternyata dibahas di dalam buku ini. Bahwa ada hal lain yang harus diwaspadai. Sebuah agenda besar dari negara-negara adidaya untuk menguasai kekayaan alam suatu negara, yaitu dengan cara menciptakan konflik. Jika negara yang dituju sudah porak poranda (contohnya Libya, Irak), mereka dengan mudah memungut dan menguasainya. Dan saat ini giliran Suriah yang sedang “diganggu”.
Sang penulis juga mengungkapkan kekhawatirannya dengan kondisi di Indonesia saat ini. Berbagai konflik kecil mengenai pertikaian antar mazhab mulai sering kita temukan. Pertikaian agama adalah hal yang paling seksi untuk digoreng dan dijadikan bahan perang saudara. Bukan tidak mungkin hal itu terjadi akibat adanya campur tangan negara-negara adidaya yang  juga ingin menguasai kekayaan alam negeri kita. Waspadai agar negara kita tak jatuh dalam jebakan yang dapat menarik kita ke dalam kondisi seperti yang dialami negara Suriah.
Tentunya, masih banyak hal yang ingin saya ketahui tentang kondisi Suriah dan permasalahan global pada umumnya. Saya masih punya banyak PR untuk membaca buku-buku lainnya, agar pemahaman mengenai hal ini semakin mendalam. Sebelum benar-benar paham, saya memilih untuk diam, mengamati, dan mempelajarinya dalam hati.

Beberapa hal yang saya pelajari setelah membaca buku ini :
1. Biasakan melihat suatu permasalahan secara utuh. Jangan sampai kita terlalu cepat manggut-manggut dan menarik kesimpulan hanya setelah membaca judul beritanya saja.  
2. Tumbuhkan sifat kritis dalam menyikapi suatu kabar berita. Ajukan banyak pertanyaan di kepala, sampai kita benar-benar paham dengan permasalahan yang ada.
3. Di era tsunami digital yang ditandai dengan banjirnya informasi, kita harus punya kemampuan menyaring informasi. Berlatih membedakan mana artikel opini, mana artikel berita yang berbasis data faktual. Caranya adalah dengan banyak membaca dari berbagai sumber dan sudut pandang. Apakah berita yang kita baca itu sudah mengikuti kaidah 5W1H? Malas membaca? Artinya menyengajakan diri dibodohi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. 
4. Apa yang tidak terlihat, belum tentu tidak terjadi.

Judul : Prahara Suriah (Membongkar Persekongkolan Multinasional)
Penulis : Dina Y. Sulaeman
Penyelaras aksara : Nie
Desain sampul : Yudi Irawan
Desain isi : Deen
Penerbit : Pustaka IIMaN
Terbit : Juni 2013

Thursday, August 27, 2015

Johnny Mushroom dan cerita lainnya; Realita dalam Cerita Masyarakat Urban


         ”JOHNNY Mushroom” adalah sebuah judul cerita yang mengusik minat membaca. Ini bukan cerita tentang seorang tukang masak. Ini adalah sebuah cerita yang menggelitik otak untuk berpikir. Tak hanya jalan ceritanya yang unik, cerita ini juga mencoba menyuguhkan sebuah permasalahan sosial yang sebelumnya mungkin tak pernah kita sadari keberadaannya. Zaky Yamani, sang penulis buku, dengan lancar bertutur tentang kehidupan seorang pemuda bernama Yadi alias Johnny.
Johnny pertama kali berkenalan dengan magic mushroom, si jamur memabukkan, saat ia masih SD. Perkenalan tak sengaja itu sempat membuat ayah, ibu dan pamannya mencicipi bagaimana rasanya fly. Seperti yang dijelaskan di dalam buku, perasaan fly adalah perasaan santai, melayang dan damai, kalau tidak bisa dibilang pusing seperti orang terkena vertigo. Niat Johnny untuk membantu ibunya membawakan lauk untuk makan malah berubah menjadi petaka. Semua anggota keluarganya mengalami halusinasi yang mengejutkan.
Efek halusinogenik dari jamur yang ditemukan Johnny kecil di atas tahi sapi itu pernah membuatnya kapok. Tapi kini tidak lagi. Johnny yang telah beranjak dewasa mulai menemukan kesenangan baru bergaul dengan sang jamur.
Sebagai seorang pemuda yang berjiwa hippie, dandanan nyentrik dan kehidupan ala komunitas skinhead telah menjadi sahabat terbaiknya. Pun ketika temannya di masa dewasa kembali memunculkan memori lama tentang jamur itu.
 Johnny akhirnya tak ragu menerima tawaran temannya untuk kembali mencicipi si magic mushroom. Bahkan memunculkan ide untuk kemudian menjadikannya sebuah bisnis yang menjanjikan. Apalagi yang kurang dari si magic mushroom ini. Barang asyik, modal kecil, perawatan tak sulit dan yang penting: legal. Ya, belum ada hukum dan aturan yang melarang jual beli mushroom di Indonesia, tidak seperti ganja.
Cerita Johnny Mushroom hanyalah satu dari 16 cerita pendek yang diramu Zaky dengan sangat apik dan menggelitik. Menggelitik bukan hanya karena beberapa kalimatnya yang memang tertata tak biasa, tetapi di akhir setiap cerita seringkali kita akan dibuat tersenyum miris. Terkadang ingin tertawa dan menangis secara bersamaan.
Sebagian besar cerita yang ditampilkan, berlatar belakang dunia anak jalanan dan kehidupan malam. Dalam cerita ”Getir” dan ”Percakapan Antara Mur dan Baut”, sepertinya Zaky mencoba untuk membuka mata kita semua. Membuka mata bahwa masih banyak hal tak terselesaikan tentang kehidupan keras manusia-manusia urban. Masih banyak air mata berserakan di antara megahnya bangunan pabrik dan rumah sakit.
Cerita ”Nihil” mungkin akan membuat kita sedikit bergidik karena tersaji bak cerita film gangster dan mafia. Sementara cerita ”Saturdays Night’s Lullaby” mungkin akan membuat kita terbahak sejenak sebelum akhirnya kembali merenung. Di sinilah gaya black comedy sedikit muncul. Satu hal yang menarik, dari sekian banyak cerita terselip cerita cinta. Cerita itu mengajak kita untuk menyadari bahwa rasa sayang akan terpancar dengan sendirinya jika semua perasaaan terpusat pada seseorang yang kita cintai, bukan dari benda yang kita berikan sebagai tanda kasih sayang. Beberapa cerita diambil dari sudut pandang yang unik, meskipun ujung-ujungnya tetap mengambil permasalahan berbau kritik sosial.
Meskipun memilih penerbitan secara indie, tetapi kualitas isi buku tetap digarap serius. Desain sampul yang cukup menarik tampil dengan warna sederhana. Seperti isi ceritanya yang kebanyakan disajikan dengan sederhana tetapi bermakna dalam.
Latar belakang sebagai jurnalis Pikiran Rakyat, agaknya membuat Zaky memperoleh banyak kesempatan untuk dapat membuat riset mendalam mengenai kehidupan unik versi masyarakat urban masa kini. Peraih penghargaan Anugerah Adiwarta Sampoerna tahun 2009 untuk kategori liputan investigasi sosial ini, berani menceritakan sebuah kehidupan yang jarang tersentuh dan disadari oleh banyak orang. Sebuah kehidupan penuh problematika yang tak ada habisnya. Dari mulai kehidupan pengamen, berandalan, pengangguran, hingga pembunuh bayaran, semuanya terwakili oleh cerita-cerita yang ada di buku ini.

Buku ini tepat bagi Anda yang ingin ikut berkelana dengan pengalaman pahit getir sang tokoh di dalam setiap cerita. Satu hal yang pasti, buku ini lebih cocok untuk dibaca mereka yang telah berumur 17 tahun ke atas. ***

Judul buku  : Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya
Penulis        : Zaky Yamani
Editor         : Reita Ariyanti
Penerbit      : Majelis Sastra Bandung
Cetakan      : I. Mei 2011
Halaman     : vi + 149 halaman

Monday, July 6, 2015

Sungai Dari Firdaus

Menjajaki Kekuatan Teori Darwin


APAKAH anda percaya seluruh makhluk hidup berasal dari leluhur tunggal? Suatu konsep yang berarti bahwa semua jenis makhluk hidup, mulai dari bakteri bersel satu hingga Homo sapiens alias manusia, adalah bersaudara. Konsep ini dipercaya Darwin dan para pengikutnya bahwa dari sudut pandang molekuler, semua hewan merupakan kerabat yang cukup dekat.
Sang penulis buku, Richard Dawkins, adalah seorang ilmuwan dari Universitas Oxford yang merupakan pengikut setia teori Darwin. Dalam setiap buku-bukunya ia selalu ingin mencoba menguraikan dan menjajaki kekuatan teori Darwin, salah satunya adalah konsep di atas. Pembaca buku ini dihadapkan pada pemaparan yang cukup menarik tentang bagaimana suatu gen diturunkan dari generasi ke generasi. Bagaimana gen-gen tersebut bukan saja saling bekerja sama tapi juga saling bersaing secara sehat untuk memberikan yang terbaik bagi generasi penerusnya. Sehingga, makhluk hidup yang mampu bertahan hidup adalah yang serba unggul. Makhluk yang sukses menjadi leluhur. Semua itu tak lepas dari peran lingkungan yang turut mempengaruhi, apakah suatu gen dapat terus bertahan atau tidak.
Sungai Firdaus adalah bahasa yang digunakan Dawkins untuk menyebut DNA. Sungai Firdaus menurutnya merupakan sungai pembawa informasi genetik yang mengalir lintas masa. Sungai DNA atau sungai gen ini, ia sebut juga sebagai sungai digital karena memuat sandi-sandi genetik yang bersifat digital atau bersifat angka. Setiap sel dalam tubuh mengandung aksara DNA yang dapat disalin selama bergenerasi-generasi (karena bersifat digital). Salinan itu akan sama dengan aslinya kecuali terjadi kesalahan cetak karena proses mutasi, yang oleh seleksi alam bisa dimusnahkan atau justru dilestarikan. Sungai gen suatu saat akan berpisah dan bercabang-cabang membentuk spesies baru akibat terjadi keterpisahan secara geografis. Itu artinya bahwa ciri yang menandai suatu spesies adalah semua anggota spesies itu punya sungai gen yang sama.
Lebih lanjut, Dawkins menjelaskan tentang apa yang terjadi pada suatu sel. Bagaimana pengaruh gen-gen yang ada dalam sel menyebabkan sel tersebut bereplikasi kemudian berdiferensiasi sehingga muncul istilah keragaman sel. Keragaman sel ini sangat terprogram dan dapat diprediksi dengan rinci. Berbeda dengan keragaman spesies yang merupakan hasil pengaruh geografis dan tidak dapat diprediksi.
Dalam bab dua, alur penjelasan menjadi lebih menarik karena pada bab inilah dikemukakan bahwa DNA dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah leluhur asalkan seks tidak ikut campur di dalamnya. Pada bab ini kita akan mendapat gambaran mengapa Dawkins meyakini bahwa makhluk hidup berasal dari leluhur tunggal. Ia menjelaskan dengan cukup gamblang bahwa seks dapat menjadi penghalang dalam penelusuran sejarah leluhur karena informasi (baca: DNA) yang dibawanya adalah gabungan dari pita-pita DNA ayah dan ibu yang sebelumnya telah terobek-robek.
Dengan berpegang pada istilah Siti Hawa Mitokondria, Dawkins memaparkan sejauh mana kita harus mundur ke masa silam untuk mendapatkan leluhur bersama umat manusia. Teori paling terkenal yang dikemukakan Lynn Margulis dari Universitas Massachusetts adalah dalam sejarah evolusioner purba, mitokondria merupakan bakteri, memiliki DNA sendiri, tidak tercemar tetapi tidak kebal terhadap mutasi. Kita tentunya tahu bahwa mitokondria ada pada setiap sel yang membangun tubuh kita. Jadi berdasarkan teori ini, sel-sel tubuh kita ibarat taman tertutup berisi bakteri. Pada saat ini hal tersebut sudah diamini oleh kebanyakan ahli biologi dunia karena hampir bisa dipastikan benar.
Fakta selanjutnya adalah bahwa DNA mitokondria berasal hanya dari ibu karena sperma terlalu kecil untuk dapat memuat lebih dari beberapa mitokondria. Sperma hanya mampu menyediakan energi untuk menggerakkan ekornya ketika berenang menuju sel telur, dan sejumlah kecil mitokondria terbuang bersama ekor itu saat kepala sperma diserap sel telur ketika pembuahan terjadi. Hal inilah yang membuat Dawkins memilih istilah Siti Hawa Mitokondria.
Bab demi bab dalam buku ini sangat saling berkaitan. Bab awal mempersiapkan pembaca terhadap pandangan bahwa asas manfaat sejati kehidupan yang dimaksimalisasi dalam alam adalah kelestarian DNA. Hal ini erat kaitannya dengan proses seleksi alam ala Darwin. Bab-bab selanjutnya lebih banyak berisi penjelasan lebih luas dari hal-hal yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Gaya bertutur Dawkins penuh dengan metafora. Contoh kasus dan penjelasan panjang lebar mengenai satu hal yang dikemukakan, sepertinya membuat pembacanya ikut larut dalam ritme yang diciptakannya sehingga kita akan mengerti dengan sendirinya pada setiap akhir bab.
Bagi sebagian orang, mungkin membaca buku ini dengan sedikit tersendat-sendat karena banyak menggunakan istilah hasil terjemahan yang kurang dikenal. Tetapi hal itu bukan merupakan kendala untuk tidak membacanya sampai akhir bab. Sebagai saran, pembaca buku ini sebaiknya telah memiliki dasar pengetahuan mengenai ilmu genetika misalnya proses-proses seperti mitosis dan meiosis. Ini akan memudahkan kita mengikuti alur ciptaan Dawkins dan selanjutnya akan membawa ke dalam suatu pemahaman  terhadap konsep Darwin mengenai teori evolusi, yang oleh sebagian orang banyak ditentang.


Judul               : Sungai Dari Firdaus: Suatu Pandangan Darwinan Tentang Kehidupan
Judul Asli        : River Out of Eden: A Darwinian View of Life
Penulis             : Richard Dawkins
Penerjemah      : Damaring Tyas W.P. & Parakitri T. Simbolon.
Penerbit           : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun Cetak    : November 2005
Tebal               : xiv + 194 halaman

The Art of Stimulating Idea

Menjaring Ide, Mendulang Karya



Menulis adalah sebuah pekerjaan seni yang biasanya tak pernah lepas dari konsep kreativitas. Proses kreatif dalam menulis diawali dari ide. Salah satu modal untuk menjadi seorang penulis profesional adalah tidak pernah merasa kering ide. Dengan mengasah kepekaan secara terus menerus, seorang penulis dapat terlatih untuk menangkap dan mengolah ide biasa menjadi luar biasa untuk kemudian mempersembahkan hasil akhir berupa sebuah karya tulis yang menarik untuk dibaca orang lain. Apa jadinya jika suatu saat seorang penulis didera penyakit kebuntuan ide? Apa yang harus ia lakukan?
Bambang Trim, sang penulis buku, mencoba menjawab pertanyaan itu dengan mengupas tuntas cara cerdas menstimulasi ide, mengeksekusi, dan membungkusnya dalam kemasan yang menarik. Harapannya, karya tulis yang nanti disajikan bukanlah sebuah karya asal-asalan. Tujuan akhir dari setiap penulis profesional sebaiknya memang bukan hanya mengejar produktivitas dalam menulis, tetapi juga menciptakan kualitas karya yang bisa dipertanggungjawabkan, sekaligus dapat dinikmati oleh pembacanya.
Buku ini menjelaskan bahwa ide bukanlah hasil pencarian, melainkan merupakan hasil penemuan. Ide dapat kita temukan dengan stimulus. Suasana, ketenangan, dan kejernihan adalah hal-hal yang akan menstimulasi datangnya ide. Ide hanya bisa ditemukan jika kondisi si penulis sedang dalam keadaan “on”. Artinya, penulis tersebut memang sengaja mengoneksikan pikirannya pada berbagai memori yang tersimpan dalam otaknya.
Usaha yang perlu dilakukan agar memori di otak kita tidak kosong adalah “mengisinya” dengan melakukan berbagai aktivitas seperti membaca, merenung, mengkaji, meriset, melanglang buana, dan melek informasi-teknologi. Aktivitas ini juga menjaga agar ide hasil temuan bukanlah ide basi.
Bisa jadi, menghasilkan ide yang benar-benar orisinal adalah sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Pada umumnya, ide yang muncul ke permukaan sebagian besar hanya merupakan ide segar dan sudah mengalami modifikasi dari ide orang lain. Setidaknya kita berusaha agar tak pernah kehabisan ide hingga karya monoton tak pernah ada.
Seni menstimulasi ide terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu membaca, berjalan, dan silaturahmi. Membaca adalah sahabat menulis. Membaca akan membantu proses penajaman koneksi dan kepekaan terhadap kehidupan yang dijalani oleh seorang penulis. Di sini, makna membaca dapat berarti sangat luas. Tidak hanya membaca buku, tetapi juga membaca situasi, membaca manusia, hingga membaca peristiwa.
Aktivitas berjalan yang dimaksud oleh Bambang Trim memang melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan merekamnya dengan seluruh panca indra yang kita miliki. Akan tetapi, bukan berarti kita harus selalu melakukan perjalanan jauh ke luar kota. Perjalanan ke sebuah pasar tradisional pun dapat menstimulasi ide.
Kegiatan terakhir adalah silaturahmi. Kegiatan ini memungkinkan kita bertemu dengan berbagai karakter orang, baik yang sudah dikenal maupun baru dikenal. Informasi baru, dapat muncul bertebaran saat kita sedang berkomunikasi dengan orang-orang tersebut. Informasi inilah yang dapat kita jadikan stimulus ide.
Menurut Bambang Trim, satu hal penting yang perlu dimengerti adalah penemuan ide harus diiringi dengan pikiran positif agar menjadi sebuah usaha yang diberkahi Tuhan. Tanpa hal tersebut, usaha kita akan tampak sia-sia, bahkan dapat membawa kerugian untuk diri kita sendiri.
Setelah ide ditemukan, selanjutnya kita harus berupaya mengikatnya agar tidak hilang begitu saja. Ada banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya menuliskan ide tersebut di secarik kertas atau diketik dalam file di komputer kita. Ide yang diikat dengan tulisan akan lebih mudah untuk dieksekusi selanjutnya, setelah sebelumnya mempertimbangkan faktor kegunaan bagi orang banyak.
Bersikap hati-hati terhadap adanya praktik plagiarisme atau penjiplakan ide sangatlah penting. Terkadang hanya untuk mengejar popularitas atau kekayaan instan, seorang oknum penulis dapat menghalalkan segala cara untuk mendapatkan ide milik orang lain. Salah satu cara antisipasi penjiplakan ide misalnya dengan tidak sembarang mendeskripsikan ide dan tulisan kita pada orang lain atau penerbit yang belum dikenal baik.
Buku ini layak dibaca oleh seseorang yang memilih profesi penulis sebagai jalan hidupnya. Jika profesi penulis adalah profesi yang kita dambakan, sebaiknya lakukan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya. Curahkan segenap tenaga dan pikiran yang kita miliki untuk menjadi seorang penulis cerdas, yaitu penulis yang pandai dan gesit mengumpulkan ide dan menyulapnya menjadi sebuah karya tulis berbobot. Makin banyak ide yang ditemukan, makin terbuka kesempatan untuk menjadi kaya dalam karya.
Dengan menyebut dirinya sebagai “komporis buku Indonesia”, Bambang Trim sepertinya ingin mengajak kita semua untuk tak malu-malu menjadi seorang penulis buku. Ia sangat yakin jika makin banyak buku diterbitkan, akan makin mendekatkan masyarakat Indonesia pada kemajuan berpikir. Jelas ini sebuah pemikiran brilian dari salah seorang praktisi perbukuan di Indonesia yang telah lebih dari 15 tahun berkecimpung dalam industri kreatif penerbitan.
Untuk membantu kita mengasah keterampilan menjaring dan mengeksekusi ide,  Bambang trim dengan murah hati memberikan 101 daftar ide segar. Ide-ide tersebut dapat dikembangkan menjadi sebuah buku, atau hanya dijadikan stimulus untuk mendulang ide-ide segar lainnya.
Kini tidak ada alasan untuk ragu terjun bebas ke dalam dunia penulisan secara serius. Buku ini adalah salah satu buku yang dapat membantu kita mewujudkan impian menjadi seorang penulis yang dapat diperhitungkan di jagat raya penerbitan buku-buku berkualitas.

     Judul Buku  : The Art of Stimulating Idea
Penulis        : Bambang Trim
Editor         : Tri Sakhatmo
Penerbit      : Metagraf, Creative Imprint of Tiga Serangkai
Cetakan      : I, 2011

Halaman     : x + 198 halaman

Miracle of Love, Dari Lupus Menuju Tuhan

Menapaki Ujian Hidup dengan Kekuatan Cinta



Perjalanan hidup seseorang di dunia ini bak sebuah alat pemasang tiang pancang bangunan yang selalu bergerak naik turun. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang penuh suka cita, kadang penuh duka cita. Dentang mesinnya yang berisik saat menumbuk tanah seolah mewakili kegundahan hati kala musibah itu datang, dengan menciptakan denyut jantung yang berdebar kencang.
  Diperlukan keteguhan berpikir untuk tetap optimis dan percaya bahwa setiap nikmat dan musibah yang datang menghampiri selalu memiliki hikmah. Agaknya sang penulis buku Miracle of Love, Eko Pratomo dan Dian Syarief, menyadari benar hal itu. Ujian penyakit Lupus telah diberikan Tuhan kepada Dian, seorang mantan manajer Public Relation Bank Bali (kini Bank Permata). Suaminya, Eko Pratomo, memilih untuk selalu setia mendampingi istri yang dikasihinya. Eko Pratomo adalah seorang lulusan ITB dengan spesialisasi bidang aeronautika. Sejak 2010, Eko memutuskan untuk menjadi senior advisor di PT BNP Paribas Investment Partners. Hal itu ia lakukan agar bisa membantu istrinya dalam melakukan kegiatan sosial.
Senyum, tawa, sedu sedan dan perasaan haru mengisi hari-hari mereka. Penderitaan, kegundahan, kebingungan, dan perenungan yang dalam akhirnya dituangkan dalam sebuah buku. Buku berisi kisah inspiratif ini diharapkan dapat menginspirasi orang lain untuk memandang hidup dengan cara yang berbeda.
            Seperti halnya buku-buku bertema kisah inspiratif lainnya, buku ini juga memuat pesan-pesan tersirat untuk dapat dengan cerdik ditangkap oleh pembacanya. Buku Miracle of Love tidak melulu menceritakan kisah perjuangan Dian dalam mengatasi penyakit yang dideritanya. Buku ini juga memuat beberapa penjelasan mengenai penyakit Lupus itu sendiri, juga beberapa puisi yang dipersembahkan Eko untuk Dian. Buku ini lebih berisi kumpulan tulisan Dian dibandingkan dengan Eko Pratomo. Tulisan Eko lebih banyak berfungsi sebagai “jembatan” yang menghubungkan tulisan Dian yang satu dengan tulisan lainnya. Menulis adalah salah satu cara Dian melepas kegundahannya. Beberapa tulisan Dian yang telah dimuat di berbagai media cetak seperti Majalah Femina dan The Jakarta Post, dihadirkan pula dalam buku ini. Tulisan dari beberapa dokter pemerhati Lupus juga dapat dibaca dalam buku ini.
            Dalam buku Miracle of Love, Dian membagi kisah hidupnya saat ia harus menghadapi serangan penyakit Lupus. Pada awal tahun 1999, Dian divonis menderita penyakit SLE (Systemic Lupus Erythematosus) yang hingga kini belum diketahui obatnya. Lupus adalah penyakit autoimun. Pada penderita Lupus, zat anti yang dibentuk sistem kekebalan tubuh yang biasanya berfungsi melindungi tubuh melawan kuman, malah berbalik menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Penyakit ini biasanya sulit terdeteksi dengan cepat karena gejalanya sering menyerupai gejala penyakit lain.
Berkali-kali Dian harus dioperasi karena Lupus membuat organ-organ vitalnya mudah terserang infeksi. Akibat Lupus, Dian harus rela kehilangan 95% penglihatannya. Lupus telah membuat otaknya mengalami infeksi sehingga mempengaruhi saraf penglihatannya. Belum lagi efek samping dari obat prednison dosis tinggi yang harus ia konsumsi seumur hidup untuk mengendalikan penyakit Lupusnya. Hal yang paling berat adalah saat pasangan Dian dan Eko harus rela tidak dapat memiliki keturunan. Hal itu terjadi karena rahim Diam terpaksa diangkat akibat terus menerus mengalami perdarahan hebat.
Ujian sakit yang bertubi-tubi tak mampu membuat Dian terpuruk. Sebaliknya, ia bertekad untuk bangkit dan membantu meringankan beban sesama penderita Lupus dan Lovi (Low Vision). Kekuatan Cinta Eko lah yang telah membuatnya terus bertahan. Begitu pula doa dan dzikir yang tak putus Dian gumamkan dalam setiap sujudnya pada Tuhan.
Untuk mewujudkan kepeduliannya pada sesama penderita Lupus, Dian dan Eko mendirikan Yayasan Syamsi Dhuha. Yayasan ini telah mendapat berbagai penghargaan tingkat Internasional. Melalui yayasan yang dikelolanya, Dian merangkul para penderita Lupus terutama yang berada di daerah Bandung, juga dokter dan masyarakat pemerhati Lupus. Bersama-sama mereka, Dian menyelenggarakan berbagai program seperti membuka klinik pengobatan MEDISa, menghimpun bantuan untuk OKM (Odapus/Orang dengan Lupus Kurang Mampu), CFL (Care for Lupus and Low Vision), MIRSa (Majelis Ilmu Riyadhus Sakinah) yang melakukan tafakur tiap hari jumat, dan FINSa untuk mengelola dana zakat dan infak dari masyarakat.   
Satu hal menarik, buku ini dilengkapi dengan Audio book yang berisi intisari dari buku Miracle of Love agar para pembaca dari kalangan LoVi (Low Vision) dapat ikut menikmati.
Melalui kisah perjalanan hidup Dian dan Eko, para pembaca seperti kembali disadarkan akan pentingnya menabung bekal untuk kehidupan abadi di akhirat nanti. Kehidupan yang berorientasi akhirat bukan berarti melupakan kehidupan dunia, melainkan untuk mencapai keseimbangan kehidupan yang baik.
Musibah bisa menghampiri kita kapan saja. Tak perlu harus menunggu terjangkit salah satu penyakit mematikan terlebih dahulu untuk peduli dan memberikan cinta pada sesama manusia. Limpahan cinta yang diberikan Eko pada istrinya terbukti mampu memberikan kekuatan untuk terus berjuang bertahan hidup. Makin banyak masyarakat yang ikhlas memberikan cinta kasihnya pada penderita penyakit mematikan seperti Lupus, makin banyak pula Dian-Dian lainnya yang akan terbantu.

Judul               : Miracle of Love, Dengan Lupus Menuju Tuhan
Penulis             : Eko Pratomo & Dian Syarief
Editor              : Agustin Rozalena
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : 2011

Halaman          : xx + 286 halaman