Monday, March 21, 2016

Sistem Pendidikan yang Menumbuhkan



Judul : Sekolah yang Menyenangkan
Penulis : Anna Farida, Suhud Rois, dan Edi S. Ahmad
Penerbit : Nuansa Cendekia
Tahun  terbit : 2014

Belajar adalah tempat yang mengalir, dinamis, penuh risiko, dan menggairahkan. Belum ada kata “aku tahu” di sana. Kesalahan, keceriaan, dan ketakjuban mengisi tempat itu. (Quantum Teaching).

Jika benar proses belajar digambarkan seperti pernyataan di atas, mengapa masih ada anak yang seringkali merasa bosan bahkan menghindar ketika disodori berbagai mata pelajaran sesuai kurikulum yang telah ditetapkan? Benarkah proses pembelajaran di setiap sekolah di Indonesia telah membuat siswa-siswanya menjadi pribadi yang bertumbuh?
Buku “Sekolah yang Menyenangkan” ini mencoba menjelaskan gambaran ideal sistem pendidikan yang diyakini dapat memaksimalkan potensi dan mengembangkan karakter setiap anak. Bagaimana agar kata “belajar” tidak membuat seorang anak menjadi mengkerut lalu mundur teratur dan kemudian berlari menjauhinya. Tetapi sebaliknya, menyambut dengan suka cita, bahkan tergoda untuk menjadikan “belajar” sebagai bagian solid dari kehidupan mereka. 

Bukunya dibeli tahun 2014, baru dibaca 2016 #penimbunbuku :)

Adalah salah satu tugas seorang pendidik untuk menciptakan paradigma belajar menjadi suatu definisi yang menyenangkan, bukan menyebalkan. Sekolah seharusnya merupakan lembaga yang dapat membuat para guru kreatif berkarya, membuat para siswa bertumbuh tanpa harus kehilangan jati dirinya, dan membuat  setiap orangtua tak canggung berbagi pikiran.

Para penulis buku mewakili tiga komponen proses pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan. Anna Farida menuangkan harapan terhadap dunia pendidikan sebagai orangtua. Edi S. Ahmad adalah pemilik konsep sekolah yang menyenangkan. Sedangkan, Suhud Rois adalah praktisi dunia pendidikan yang membagikan pengalaman mengajarnya saat menggunakan konsep sekolah yang menyenangkan.
Buku ini menjelaskan cara mengaktifkan sistem limbik pada bagian otak anak, agar proses belajar bisa berlangsung dengan semangat dan penuh daya kreatif. Harapannya, hasil belajar dapat lebih melekat dalam jangka panjang. Hal tersebut dinilai sangat penting, terutama jika melihat kondisi kurikulum di Indonesia yang dinilai cukup padat (sesuai kutipan pernyataan Kak Seto, mantan ketua Komnas Perlindungan Anak).

Kurikulum yang padat tidak dijadikan sebuah beban. Keresahan siswa dan orang tua siswa diredam guru-guru dengan cara menciptakan banyak terobosan dalam metode pembelajaran. Belajar dengan serius tapi santai adalah prinsip dari sekolah yang menyenangkan. Hal ini dianggap sesuai dengan pendapat Imam al-Ghazali, “ Hendaknya anak kecil diberi kesempatan bermain. Melarangnya bermain dan menyibukkannya dengan belajar terus menerus akan mematikan hatinya, mengurangi kecerdasan, dan membuatnya jemu terhadap hidup sehingga ia akan sering mencari alasan untuk membebaskan diri dari keadaan sumpek ini.” Tentu saja, konteks bermain dalam hal ini adalah aktivitas menyenangkan yang bermuatan pendidikan.

Tak hanya berisi gambaran panduan mengajar untuk guru kreatif, buku ini juga menjelaskan peran orang tua sebagai partner sekolah. Sekolah ideal yang mengedepankan hak anak, akan menciptakan kondisi yang memungkinkan orang tua terlibat aktif. Orang tua dan guru bisa saling memberi masukan mengenai metode pengajaran yang tepat, sesuai dengan kebutuhan putra-putrinya. Hasil tes psikologi di awal siswa di sekolah, tak hanya sekadar syarat pendaftaran. Bukan pula dibuat agar sekolah dapat “mengkondisikan” siswa sehingga menciptakan anak-anak berkarakter seragam, sesuai dengan standar dan keinginan sekolah. Yang dijaga bukanlah reputasi sekolah saja, melainkan benar-benar digunakan untuk lebih memahami siswanya. Hasil tes psikologi tersebut dibuat sebagai dasar untuk menentukan metode pengajaran yang tepat untuk masing-masing siswa.

Satu hal yang agak disayangkan, buku ini hanya mengambil contoh-contoh kasus dari satu sekolah dasar saja. Sehingga tidak ada bahan perbandingan. Sebaiknya pembaca diberikan gambaran lebih luas mengenai seberapa besar tingkat keberhasilan gaya pengajaran “sekolah yang menyenangkan”, dengan memberikan contoh kasus di beberapa sekolah dasar lain yang menerapkan konsep serupa. Salah satu alasan adalah agar terhindar dari anggapan bahwa buku ini hanya sekadar ajang promosi sekolah tertentu.

Terlepas dari hal itu, sepertinya konsep “sekolah yang menyenangkan” yang disajikan dalam buku ini, tetap bisa dijadikan pertimbangan untuk diterapkan di setiap sekolah di Indonesia. Hal itu karena dasar teori dan penjelasan yang disajikan cukup masuk akal dan menyentuh kebutuhan dasar seorang anak. IMHO.


Seandainya sekolah-sekolah di Indonesia seperti Tomoe Gakuen-nya Toto Chan…


Tuesday, February 16, 2016

Dahsyatnya Ibadah Haji



Setiap muslim pasti ingin punya kesempatan melakukan perjalanan religi ke Makkah dan Madinah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Jika kesempatan itu telah ada di dalam genggaman, langkah berikutnya adalah berusaha sebaik-baiknya agar menjadi haji dan hajah yang mabrur, ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Caranya, selain mengikuti latihan manasik yang diadakan oleh KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) yang telah terdaftar di Kementerian Agama, tak ada salahnya memperkaya pengetahuan lewat pengalaman orang lain.
Buku ini menceritakan pengalaman sang penulis selama menjalankan ibadah haji pada tahun 2006. Gaya bertuturnya sederhana dan ringan, sehingga mudah dipahami. Banyak penjelasan cukup detil mengenai hal-hal kecil yang mungkin saja tidak terpikirkan.
Hal yang dianggap sepele terkadang berubah menjadi hal besar kalau tidak tertangani dengan baik. Bapak Abdul Cholik berbaik hati membantu kita memberikan informasinya melalui buku ini. Misalnya, bagaimana menyiapkan koper yang akan dibawa agar mudah dikenali dan tidak gampang tertukar dengan koper jamaah lain yang bentuknya seragam. Bagaimana cara paling mudah untuk mengingat-ingat jumlah putaran saat melakukan tawaf.  Bahkan, disajikan pula tips saat membeli oleh-oleh, atau tips saat antri di toilet.
Sesuai dengan sub judulnya, buku ini lebih banyak menceritakan tentang catatan perjalanan sang penulis. Jadi, penjelasan mendalam mengenai tata cara ibadah haji, beserta doa-doa lengkapnya tidak akan kita temukan. Tetapi, buku ini sudah sangat membantu memberikan gambaran besarnya. Orang yang akan menjalankan ibadah umrah pun dapat belajar dari pengalaman haji sang penulis ini.

Satu hal yang agak disayangkan, pada halaman 129 dan 137, tampak ada kalimat yang terpenggal dan tidak terselesaikan. Mungkin hal itu terjadi karena ada kesalahan cetak. Selebihnya, buku ini layak dijadikan bahan bacaan sebagai upaya mempersiapkan diri melakukan ritual ibadah suci umat Islam. 

Halaman 139. Tulisan di atas gambar terpenggal, tidak ada kelanjutan kalimatnya.

Judul : Dahsyatnya Ibadah Haji (Catatan Perjalanan Ibadah di Makkah dan Madinah)
Penulis : Abdul Cholik
Penerbit : P.T.  Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2014

Prahara Suriah



Kesan awal terhadap buku ini adalah “berat”. Butuh energi banyak untuk bisa dibaca sampai tuntas. Selama ini saya lebih sering membaca buku-buku fiksi anak seperti novel atau picture book (Tumben sekali, kali ini tiba-tiba berminat membeli buku yang membahas tentang perang). Kenyataannya, buku ini memang baru bisa saya tuntaskan setelah sebulan membaca. Hehe…

Order langsung sama penulisnya biar dapet tanda tangan :)

Satu alasan paling kuat yang akhirnya menggerakkan saya untuk menghubungi Mba Dina untuk memesan bukunya adalah, saya penasaran dengan isu-isu yang berkembang di media sosial. Terlalu banyak informasi yang membingungkan sehingga saya tidak tahu lagi harus mempercayai yang mana. Benarkah perang di Suriah adalah pertikaian antara mazhab Sunni dan Syiah? Siapakah sebenarnya Presiden Bashar Assad yang kelihatan begitu dibenci banyak orang?
Saya merasa, sudah saatnya saya mencari tahu sendiri. Saya tidak ingin menjadi orang yang terseret arus mayoritas pendapat, ikut-ikutan membenci sesuatu yang saya sendiri juga tidak tahu pasti kebenarannya. Harapannya, dengan membaca buku ini, saya bisa menilai dari sudut pandang lain.
Sang Penulis buku adalah lulusan magister Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, Bandung. Ia pernah berkarir sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting. Mba Dina juga bergabung dengan Global Future Institute sebagai research associate. Dengan pengalaman tersebut, saya yakin karya tulis Mba Dina ini bukan hanya sekadar opini atau obrolan di warung kopi saja.
Sebagai orang yang sangat awam dengan permasalahan Suriah, saya tidak akan terlalu banyak membahas isi “cerita”nya. Yang jelas, hampir semua pertanyaan yang ada di kepala saya (setelah hampir mabuk membaca berbagai opini negatif yang berseliweran di media sosial) bisa terjawab. Cukup banyak bukti yang ditampilkan, sebagai dasar pemikiran sang penulis dalam usaha membeberkan kebenaran yang ada (misalnya, berupa link youtube, terjemahan wawancara Presiden Bashar Assad dengan beberapa media internasional, atau link berita dari berbagai surat kabar terkait perang Suriah).
Buku ini membuat saya sedikit lebih paham dengan apa yang ada terjadi di balik perang di Suriah. Perang ini melibatkan negara-negara adidaya yang masing-masing memiliki agenda tersendiri. Alasan terjadinya perang di Suriah tidak “secemen” yang kita kira. Apa yang saya khawatirkan, ternyata dibahas di dalam buku ini. Bahwa ada hal lain yang harus diwaspadai. Sebuah agenda besar dari negara-negara adidaya untuk menguasai kekayaan alam suatu negara, yaitu dengan cara menciptakan konflik. Jika negara yang dituju sudah porak poranda (contohnya Libya, Irak), mereka dengan mudah memungut dan menguasainya. Dan saat ini giliran Suriah yang sedang “diganggu”.
Sang penulis juga mengungkapkan kekhawatirannya dengan kondisi di Indonesia saat ini. Berbagai konflik kecil mengenai pertikaian antar mazhab mulai sering kita temukan. Pertikaian agama adalah hal yang paling seksi untuk digoreng dan dijadikan bahan perang saudara. Bukan tidak mungkin hal itu terjadi akibat adanya campur tangan negara-negara adidaya yang  juga ingin menguasai kekayaan alam negeri kita. Waspadai agar negara kita tak jatuh dalam jebakan yang dapat menarik kita ke dalam kondisi seperti yang dialami negara Suriah.
Tentunya, masih banyak hal yang ingin saya ketahui tentang kondisi Suriah dan permasalahan global pada umumnya. Saya masih punya banyak PR untuk membaca buku-buku lainnya, agar pemahaman mengenai hal ini semakin mendalam. Sebelum benar-benar paham, saya memilih untuk diam, mengamati, dan mempelajarinya dalam hati.

Beberapa hal yang saya pelajari setelah membaca buku ini :
1. Biasakan melihat suatu permasalahan secara utuh. Jangan sampai kita terlalu cepat manggut-manggut dan menarik kesimpulan hanya setelah membaca judul beritanya saja.  
2. Tumbuhkan sifat kritis dalam menyikapi suatu kabar berita. Ajukan banyak pertanyaan di kepala, sampai kita benar-benar paham dengan permasalahan yang ada.
3. Di era tsunami digital yang ditandai dengan banjirnya informasi, kita harus punya kemampuan menyaring informasi. Berlatih membedakan mana artikel opini, mana artikel berita yang berbasis data faktual. Caranya adalah dengan banyak membaca dari berbagai sumber dan sudut pandang. Apakah berita yang kita baca itu sudah mengikuti kaidah 5W1H? Malas membaca? Artinya menyengajakan diri dibodohi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. 
4. Apa yang tidak terlihat, belum tentu tidak terjadi.

Judul : Prahara Suriah (Membongkar Persekongkolan Multinasional)
Penulis : Dina Y. Sulaeman
Penyelaras aksara : Nie
Desain sampul : Yudi Irawan
Desain isi : Deen
Penerbit : Pustaka IIMaN
Terbit : Juni 2013