Monday, July 6, 2015

Sungai Dari Firdaus

Menjajaki Kekuatan Teori Darwin


APAKAH anda percaya seluruh makhluk hidup berasal dari leluhur tunggal? Suatu konsep yang berarti bahwa semua jenis makhluk hidup, mulai dari bakteri bersel satu hingga Homo sapiens alias manusia, adalah bersaudara. Konsep ini dipercaya Darwin dan para pengikutnya bahwa dari sudut pandang molekuler, semua hewan merupakan kerabat yang cukup dekat.
Sang penulis buku, Richard Dawkins, adalah seorang ilmuwan dari Universitas Oxford yang merupakan pengikut setia teori Darwin. Dalam setiap buku-bukunya ia selalu ingin mencoba menguraikan dan menjajaki kekuatan teori Darwin, salah satunya adalah konsep di atas. Pembaca buku ini dihadapkan pada pemaparan yang cukup menarik tentang bagaimana suatu gen diturunkan dari generasi ke generasi. Bagaimana gen-gen tersebut bukan saja saling bekerja sama tapi juga saling bersaing secara sehat untuk memberikan yang terbaik bagi generasi penerusnya. Sehingga, makhluk hidup yang mampu bertahan hidup adalah yang serba unggul. Makhluk yang sukses menjadi leluhur. Semua itu tak lepas dari peran lingkungan yang turut mempengaruhi, apakah suatu gen dapat terus bertahan atau tidak.
Sungai Firdaus adalah bahasa yang digunakan Dawkins untuk menyebut DNA. Sungai Firdaus menurutnya merupakan sungai pembawa informasi genetik yang mengalir lintas masa. Sungai DNA atau sungai gen ini, ia sebut juga sebagai sungai digital karena memuat sandi-sandi genetik yang bersifat digital atau bersifat angka. Setiap sel dalam tubuh mengandung aksara DNA yang dapat disalin selama bergenerasi-generasi (karena bersifat digital). Salinan itu akan sama dengan aslinya kecuali terjadi kesalahan cetak karena proses mutasi, yang oleh seleksi alam bisa dimusnahkan atau justru dilestarikan. Sungai gen suatu saat akan berpisah dan bercabang-cabang membentuk spesies baru akibat terjadi keterpisahan secara geografis. Itu artinya bahwa ciri yang menandai suatu spesies adalah semua anggota spesies itu punya sungai gen yang sama.
Lebih lanjut, Dawkins menjelaskan tentang apa yang terjadi pada suatu sel. Bagaimana pengaruh gen-gen yang ada dalam sel menyebabkan sel tersebut bereplikasi kemudian berdiferensiasi sehingga muncul istilah keragaman sel. Keragaman sel ini sangat terprogram dan dapat diprediksi dengan rinci. Berbeda dengan keragaman spesies yang merupakan hasil pengaruh geografis dan tidak dapat diprediksi.
Dalam bab dua, alur penjelasan menjadi lebih menarik karena pada bab inilah dikemukakan bahwa DNA dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah leluhur asalkan seks tidak ikut campur di dalamnya. Pada bab ini kita akan mendapat gambaran mengapa Dawkins meyakini bahwa makhluk hidup berasal dari leluhur tunggal. Ia menjelaskan dengan cukup gamblang bahwa seks dapat menjadi penghalang dalam penelusuran sejarah leluhur karena informasi (baca: DNA) yang dibawanya adalah gabungan dari pita-pita DNA ayah dan ibu yang sebelumnya telah terobek-robek.
Dengan berpegang pada istilah Siti Hawa Mitokondria, Dawkins memaparkan sejauh mana kita harus mundur ke masa silam untuk mendapatkan leluhur bersama umat manusia. Teori paling terkenal yang dikemukakan Lynn Margulis dari Universitas Massachusetts adalah dalam sejarah evolusioner purba, mitokondria merupakan bakteri, memiliki DNA sendiri, tidak tercemar tetapi tidak kebal terhadap mutasi. Kita tentunya tahu bahwa mitokondria ada pada setiap sel yang membangun tubuh kita. Jadi berdasarkan teori ini, sel-sel tubuh kita ibarat taman tertutup berisi bakteri. Pada saat ini hal tersebut sudah diamini oleh kebanyakan ahli biologi dunia karena hampir bisa dipastikan benar.
Fakta selanjutnya adalah bahwa DNA mitokondria berasal hanya dari ibu karena sperma terlalu kecil untuk dapat memuat lebih dari beberapa mitokondria. Sperma hanya mampu menyediakan energi untuk menggerakkan ekornya ketika berenang menuju sel telur, dan sejumlah kecil mitokondria terbuang bersama ekor itu saat kepala sperma diserap sel telur ketika pembuahan terjadi. Hal inilah yang membuat Dawkins memilih istilah Siti Hawa Mitokondria.
Bab demi bab dalam buku ini sangat saling berkaitan. Bab awal mempersiapkan pembaca terhadap pandangan bahwa asas manfaat sejati kehidupan yang dimaksimalisasi dalam alam adalah kelestarian DNA. Hal ini erat kaitannya dengan proses seleksi alam ala Darwin. Bab-bab selanjutnya lebih banyak berisi penjelasan lebih luas dari hal-hal yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Gaya bertutur Dawkins penuh dengan metafora. Contoh kasus dan penjelasan panjang lebar mengenai satu hal yang dikemukakan, sepertinya membuat pembacanya ikut larut dalam ritme yang diciptakannya sehingga kita akan mengerti dengan sendirinya pada setiap akhir bab.
Bagi sebagian orang, mungkin membaca buku ini dengan sedikit tersendat-sendat karena banyak menggunakan istilah hasil terjemahan yang kurang dikenal. Tetapi hal itu bukan merupakan kendala untuk tidak membacanya sampai akhir bab. Sebagai saran, pembaca buku ini sebaiknya telah memiliki dasar pengetahuan mengenai ilmu genetika misalnya proses-proses seperti mitosis dan meiosis. Ini akan memudahkan kita mengikuti alur ciptaan Dawkins dan selanjutnya akan membawa ke dalam suatu pemahaman  terhadap konsep Darwin mengenai teori evolusi, yang oleh sebagian orang banyak ditentang.


Judul               : Sungai Dari Firdaus: Suatu Pandangan Darwinan Tentang Kehidupan
Judul Asli        : River Out of Eden: A Darwinian View of Life
Penulis             : Richard Dawkins
Penerjemah      : Damaring Tyas W.P. & Parakitri T. Simbolon.
Penerbit           : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun Cetak    : November 2005
Tebal               : xiv + 194 halaman

The Art of Stimulating Idea

Menjaring Ide, Mendulang Karya



Menulis adalah sebuah pekerjaan seni yang biasanya tak pernah lepas dari konsep kreativitas. Proses kreatif dalam menulis diawali dari ide. Salah satu modal untuk menjadi seorang penulis profesional adalah tidak pernah merasa kering ide. Dengan mengasah kepekaan secara terus menerus, seorang penulis dapat terlatih untuk menangkap dan mengolah ide biasa menjadi luar biasa untuk kemudian mempersembahkan hasil akhir berupa sebuah karya tulis yang menarik untuk dibaca orang lain. Apa jadinya jika suatu saat seorang penulis didera penyakit kebuntuan ide? Apa yang harus ia lakukan?
Bambang Trim, sang penulis buku, mencoba menjawab pertanyaan itu dengan mengupas tuntas cara cerdas menstimulasi ide, mengeksekusi, dan membungkusnya dalam kemasan yang menarik. Harapannya, karya tulis yang nanti disajikan bukanlah sebuah karya asal-asalan. Tujuan akhir dari setiap penulis profesional sebaiknya memang bukan hanya mengejar produktivitas dalam menulis, tetapi juga menciptakan kualitas karya yang bisa dipertanggungjawabkan, sekaligus dapat dinikmati oleh pembacanya.
Buku ini menjelaskan bahwa ide bukanlah hasil pencarian, melainkan merupakan hasil penemuan. Ide dapat kita temukan dengan stimulus. Suasana, ketenangan, dan kejernihan adalah hal-hal yang akan menstimulasi datangnya ide. Ide hanya bisa ditemukan jika kondisi si penulis sedang dalam keadaan “on”. Artinya, penulis tersebut memang sengaja mengoneksikan pikirannya pada berbagai memori yang tersimpan dalam otaknya.
Usaha yang perlu dilakukan agar memori di otak kita tidak kosong adalah “mengisinya” dengan melakukan berbagai aktivitas seperti membaca, merenung, mengkaji, meriset, melanglang buana, dan melek informasi-teknologi. Aktivitas ini juga menjaga agar ide hasil temuan bukanlah ide basi.
Bisa jadi, menghasilkan ide yang benar-benar orisinal adalah sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Pada umumnya, ide yang muncul ke permukaan sebagian besar hanya merupakan ide segar dan sudah mengalami modifikasi dari ide orang lain. Setidaknya kita berusaha agar tak pernah kehabisan ide hingga karya monoton tak pernah ada.
Seni menstimulasi ide terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu membaca, berjalan, dan silaturahmi. Membaca adalah sahabat menulis. Membaca akan membantu proses penajaman koneksi dan kepekaan terhadap kehidupan yang dijalani oleh seorang penulis. Di sini, makna membaca dapat berarti sangat luas. Tidak hanya membaca buku, tetapi juga membaca situasi, membaca manusia, hingga membaca peristiwa.
Aktivitas berjalan yang dimaksud oleh Bambang Trim memang melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan merekamnya dengan seluruh panca indra yang kita miliki. Akan tetapi, bukan berarti kita harus selalu melakukan perjalanan jauh ke luar kota. Perjalanan ke sebuah pasar tradisional pun dapat menstimulasi ide.
Kegiatan terakhir adalah silaturahmi. Kegiatan ini memungkinkan kita bertemu dengan berbagai karakter orang, baik yang sudah dikenal maupun baru dikenal. Informasi baru, dapat muncul bertebaran saat kita sedang berkomunikasi dengan orang-orang tersebut. Informasi inilah yang dapat kita jadikan stimulus ide.
Menurut Bambang Trim, satu hal penting yang perlu dimengerti adalah penemuan ide harus diiringi dengan pikiran positif agar menjadi sebuah usaha yang diberkahi Tuhan. Tanpa hal tersebut, usaha kita akan tampak sia-sia, bahkan dapat membawa kerugian untuk diri kita sendiri.
Setelah ide ditemukan, selanjutnya kita harus berupaya mengikatnya agar tidak hilang begitu saja. Ada banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya menuliskan ide tersebut di secarik kertas atau diketik dalam file di komputer kita. Ide yang diikat dengan tulisan akan lebih mudah untuk dieksekusi selanjutnya, setelah sebelumnya mempertimbangkan faktor kegunaan bagi orang banyak.
Bersikap hati-hati terhadap adanya praktik plagiarisme atau penjiplakan ide sangatlah penting. Terkadang hanya untuk mengejar popularitas atau kekayaan instan, seorang oknum penulis dapat menghalalkan segala cara untuk mendapatkan ide milik orang lain. Salah satu cara antisipasi penjiplakan ide misalnya dengan tidak sembarang mendeskripsikan ide dan tulisan kita pada orang lain atau penerbit yang belum dikenal baik.
Buku ini layak dibaca oleh seseorang yang memilih profesi penulis sebagai jalan hidupnya. Jika profesi penulis adalah profesi yang kita dambakan, sebaiknya lakukan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya. Curahkan segenap tenaga dan pikiran yang kita miliki untuk menjadi seorang penulis cerdas, yaitu penulis yang pandai dan gesit mengumpulkan ide dan menyulapnya menjadi sebuah karya tulis berbobot. Makin banyak ide yang ditemukan, makin terbuka kesempatan untuk menjadi kaya dalam karya.
Dengan menyebut dirinya sebagai “komporis buku Indonesia”, Bambang Trim sepertinya ingin mengajak kita semua untuk tak malu-malu menjadi seorang penulis buku. Ia sangat yakin jika makin banyak buku diterbitkan, akan makin mendekatkan masyarakat Indonesia pada kemajuan berpikir. Jelas ini sebuah pemikiran brilian dari salah seorang praktisi perbukuan di Indonesia yang telah lebih dari 15 tahun berkecimpung dalam industri kreatif penerbitan.
Untuk membantu kita mengasah keterampilan menjaring dan mengeksekusi ide,  Bambang trim dengan murah hati memberikan 101 daftar ide segar. Ide-ide tersebut dapat dikembangkan menjadi sebuah buku, atau hanya dijadikan stimulus untuk mendulang ide-ide segar lainnya.
Kini tidak ada alasan untuk ragu terjun bebas ke dalam dunia penulisan secara serius. Buku ini adalah salah satu buku yang dapat membantu kita mewujudkan impian menjadi seorang penulis yang dapat diperhitungkan di jagat raya penerbitan buku-buku berkualitas.

     Judul Buku  : The Art of Stimulating Idea
Penulis        : Bambang Trim
Editor         : Tri Sakhatmo
Penerbit      : Metagraf, Creative Imprint of Tiga Serangkai
Cetakan      : I, 2011

Halaman     : x + 198 halaman

Miracle of Love, Dari Lupus Menuju Tuhan

Menapaki Ujian Hidup dengan Kekuatan Cinta



Perjalanan hidup seseorang di dunia ini bak sebuah alat pemasang tiang pancang bangunan yang selalu bergerak naik turun. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang penuh suka cita, kadang penuh duka cita. Dentang mesinnya yang berisik saat menumbuk tanah seolah mewakili kegundahan hati kala musibah itu datang, dengan menciptakan denyut jantung yang berdebar kencang.
  Diperlukan keteguhan berpikir untuk tetap optimis dan percaya bahwa setiap nikmat dan musibah yang datang menghampiri selalu memiliki hikmah. Agaknya sang penulis buku Miracle of Love, Eko Pratomo dan Dian Syarief, menyadari benar hal itu. Ujian penyakit Lupus telah diberikan Tuhan kepada Dian, seorang mantan manajer Public Relation Bank Bali (kini Bank Permata). Suaminya, Eko Pratomo, memilih untuk selalu setia mendampingi istri yang dikasihinya. Eko Pratomo adalah seorang lulusan ITB dengan spesialisasi bidang aeronautika. Sejak 2010, Eko memutuskan untuk menjadi senior advisor di PT BNP Paribas Investment Partners. Hal itu ia lakukan agar bisa membantu istrinya dalam melakukan kegiatan sosial.
Senyum, tawa, sedu sedan dan perasaan haru mengisi hari-hari mereka. Penderitaan, kegundahan, kebingungan, dan perenungan yang dalam akhirnya dituangkan dalam sebuah buku. Buku berisi kisah inspiratif ini diharapkan dapat menginspirasi orang lain untuk memandang hidup dengan cara yang berbeda.
            Seperti halnya buku-buku bertema kisah inspiratif lainnya, buku ini juga memuat pesan-pesan tersirat untuk dapat dengan cerdik ditangkap oleh pembacanya. Buku Miracle of Love tidak melulu menceritakan kisah perjuangan Dian dalam mengatasi penyakit yang dideritanya. Buku ini juga memuat beberapa penjelasan mengenai penyakit Lupus itu sendiri, juga beberapa puisi yang dipersembahkan Eko untuk Dian. Buku ini lebih berisi kumpulan tulisan Dian dibandingkan dengan Eko Pratomo. Tulisan Eko lebih banyak berfungsi sebagai “jembatan” yang menghubungkan tulisan Dian yang satu dengan tulisan lainnya. Menulis adalah salah satu cara Dian melepas kegundahannya. Beberapa tulisan Dian yang telah dimuat di berbagai media cetak seperti Majalah Femina dan The Jakarta Post, dihadirkan pula dalam buku ini. Tulisan dari beberapa dokter pemerhati Lupus juga dapat dibaca dalam buku ini.
            Dalam buku Miracle of Love, Dian membagi kisah hidupnya saat ia harus menghadapi serangan penyakit Lupus. Pada awal tahun 1999, Dian divonis menderita penyakit SLE (Systemic Lupus Erythematosus) yang hingga kini belum diketahui obatnya. Lupus adalah penyakit autoimun. Pada penderita Lupus, zat anti yang dibentuk sistem kekebalan tubuh yang biasanya berfungsi melindungi tubuh melawan kuman, malah berbalik menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Penyakit ini biasanya sulit terdeteksi dengan cepat karena gejalanya sering menyerupai gejala penyakit lain.
Berkali-kali Dian harus dioperasi karena Lupus membuat organ-organ vitalnya mudah terserang infeksi. Akibat Lupus, Dian harus rela kehilangan 95% penglihatannya. Lupus telah membuat otaknya mengalami infeksi sehingga mempengaruhi saraf penglihatannya. Belum lagi efek samping dari obat prednison dosis tinggi yang harus ia konsumsi seumur hidup untuk mengendalikan penyakit Lupusnya. Hal yang paling berat adalah saat pasangan Dian dan Eko harus rela tidak dapat memiliki keturunan. Hal itu terjadi karena rahim Diam terpaksa diangkat akibat terus menerus mengalami perdarahan hebat.
Ujian sakit yang bertubi-tubi tak mampu membuat Dian terpuruk. Sebaliknya, ia bertekad untuk bangkit dan membantu meringankan beban sesama penderita Lupus dan Lovi (Low Vision). Kekuatan Cinta Eko lah yang telah membuatnya terus bertahan. Begitu pula doa dan dzikir yang tak putus Dian gumamkan dalam setiap sujudnya pada Tuhan.
Untuk mewujudkan kepeduliannya pada sesama penderita Lupus, Dian dan Eko mendirikan Yayasan Syamsi Dhuha. Yayasan ini telah mendapat berbagai penghargaan tingkat Internasional. Melalui yayasan yang dikelolanya, Dian merangkul para penderita Lupus terutama yang berada di daerah Bandung, juga dokter dan masyarakat pemerhati Lupus. Bersama-sama mereka, Dian menyelenggarakan berbagai program seperti membuka klinik pengobatan MEDISa, menghimpun bantuan untuk OKM (Odapus/Orang dengan Lupus Kurang Mampu), CFL (Care for Lupus and Low Vision), MIRSa (Majelis Ilmu Riyadhus Sakinah) yang melakukan tafakur tiap hari jumat, dan FINSa untuk mengelola dana zakat dan infak dari masyarakat.   
Satu hal menarik, buku ini dilengkapi dengan Audio book yang berisi intisari dari buku Miracle of Love agar para pembaca dari kalangan LoVi (Low Vision) dapat ikut menikmati.
Melalui kisah perjalanan hidup Dian dan Eko, para pembaca seperti kembali disadarkan akan pentingnya menabung bekal untuk kehidupan abadi di akhirat nanti. Kehidupan yang berorientasi akhirat bukan berarti melupakan kehidupan dunia, melainkan untuk mencapai keseimbangan kehidupan yang baik.
Musibah bisa menghampiri kita kapan saja. Tak perlu harus menunggu terjangkit salah satu penyakit mematikan terlebih dahulu untuk peduli dan memberikan cinta pada sesama manusia. Limpahan cinta yang diberikan Eko pada istrinya terbukti mampu memberikan kekuatan untuk terus berjuang bertahan hidup. Makin banyak masyarakat yang ikhlas memberikan cinta kasihnya pada penderita penyakit mematikan seperti Lupus, makin banyak pula Dian-Dian lainnya yang akan terbantu.

Judul               : Miracle of Love, Dengan Lupus Menuju Tuhan
Penulis             : Eko Pratomo & Dian Syarief
Editor              : Agustin Rozalena
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : 2011

Halaman          : xx + 286 halaman

Stroycake for Ramadhan

Ramadhan, Bulan Penuh Hikmah


Kewajiban menjalankan puasa di bulan Ramadhan seringkali menciptakan berbagai  cerita. Baik itu cerita lucu, cerita konyol, cerita sedih yang mengharu-biru, atau cerita yang penuh dengan tangis kebahagiaan. Semua cerita dan kenangan tak terlupakan itu akan dimiliki oleh setiap umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali.
Lygia Pecanduhujan dan ke-41 penulis terpilih lainnya, berani membuka kembali kenangan suka dan duka mereka saat menyambut bulan Ramadhan dan jelang Hari Raya Idul Fitri untuk dirangkum dalam sebuah kumpulan kisah penuh hikmah.
Sebanyak 44 kisah inspiratif akan membawa kita larut dalam tawa bahagia, sedu sedan terpendam dan kikik geli yang tertahan akibat keindahan gaya bertutur masing-masing penulisnya. Mereka mampu menyajikan pengalaman kocak, sedih maupun gembira, dalam susunan kalimat yang cukup apik untuk dibaca.
Kisah-kisah tersebut terbagi ke dalam 3 tema, yaitu Unforgotten Ramadhan, Air Mata Itu, dan Ramadhan Penuh Cinta.
Tema pertama, Unforgotten Ramadhan, menyuguhkan kisah-kisah unik yang dialami oleh para penulisnya. Mereka membagikan pengalaman saat berpuasa menjadi momen yang penuh dengan memori sarat luapan emosi, tetapi juga indah untuk diceritakan. Semua kisah lucu maupun mengesalkan itu tidak membuat cerita-cerita tersebut kehilangan makna untuk bisa dijadikan pelajaran dan teladan.  Pada bagian pertama ini, sebanyak 14 kisah menarik, siap untuk dihidangkan.
Salah satunya adalah sebuah kisah yang ditulis Ranny Wudyanti. Bagi Ranny, menjalankan puasa pertamanya di negeri Jiran sebagai seorang isteri, bukanlah hal mudah. Hal ini tertuang dalam tulisannya yang berjudul Jamuan Ramadhan. Keinginan untuk memberikan jamuan buka puasa dan sahur terbaik untuk keluarga kecilnya tak membuatnya patah semangat, meski peralatan dan kemampuan memasaknya cukup minim. Peristiwa menggelikan saat hidangan soto Bandung dan puding kopi yang disajikan tak sesukses yang diinginkan, mampu membuat pembaca tersenyum-senyum penuh arti. Mungkin hal ini juga pernah dialami oleh para pengantin baru lainnya.
Berbeda dengan Ranny, Lygia dalam kisah berjudul Lebaran Sandal Jepit, menuturkan pilihannya untuk merelakan sepatu sandal  kesayangannya diberikan kepada mertua tercinta, sementara dirinya pulang menggunakan sandal jepit. Baginya, memberikan barang kesayangan pada orang tercinta jauh lebih menghangatkan hati daripada memedulikan pandangan orang lain terhadap kita.
Tema kedua, Air Mata Itu, terdiri dari beberapa kisah mengharukan yang dapat mengaduk-aduk perasaan kita. Beberapa kisah diantaranya mampu memaksa air mata menetes perlahan. Ternyata bagi sebagian orang, bulan Ramadhan yang pernah dilalui adalah bulan penuh ujian dan perjuangan. Perasaan hampa saat ibunda telah tiada (Idul Fitri Terhampa, Nunik Utami), dan bimbangnya hati  mengetahui diri telah berbadan dua saat kondisi ekonomi kurang mendukung (Aku Bahkan Rela Mati Untuknya, Nia Haryanto), adalah dua dari 19 kisah yang tersaji lezat bergizi.
Terakhir adalah tema Ramadhan Penuh Cinta. Pada bagian ini terangkum rekaman peristiwa penuh keajaiban cinta. Mulai dari serunya berburu bingkisan lebaran bersama suami (Seminggu 3 Mall, 2 Plaza dan 4 Pasar, Oci YM), sampai indahnya hidup berdampingan walaupun dalam satu keluarga terdiri dari berbeda agama (Unity in Diversity, Archa Bella). Ke-11 cerita pada bagian terakhir ini cukup mampu membuat pembacanya tersenyum simpul, namun tak sampai lupa akan hikmah dibalik cerita.
Buku hasil kerja sama P.T. Gramedia dengan Indscript Redaksi dan komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) ini adalah sebuah kolaborasi yang cukup serasi. Sebagian besar penulis adalah perempuan. Buku ini sepertinya merupakan sebuah wujud nyata dari usaha untuk sebanyak mungkin memberdayakan perempuan-perempuan di Indonesia dalam dunia tulis menulis. Menulis kisah-kisah yang ada di sekitar kita ke dalam sebuh kumpulan kue cerita (Storycake). Diantaranya adalah kisah-kisah menarik selama bulan Ramadhan.  
Bulan Ramadhan memang selalu menyisakan sebuah kisah untuk kita semua. Cerita apa pun itu, pastinya akan memberi makna mendalam di hati masing-masing individu yang mengalaminya. Pelajaran berharga dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain, segera dipetik untuk menjadikan diri kita lebih baik dari sebelumnya. Sepotong kisah yang ada di dalam buku ini mungkin dapat kita jadikan sebagai bahan pelajarannya.

Judul  buku     : Storycake for Ramadhan
Penulis             : Lygia Pecanduhujan, dkk
Penerbit           : P.T. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Agustus 2011

Halaman          : ix + 262 halaman