Monday, July 6, 2015

Sungai Dari Firdaus

Menjajaki Kekuatan Teori Darwin


APAKAH anda percaya seluruh makhluk hidup berasal dari leluhur tunggal? Suatu konsep yang berarti bahwa semua jenis makhluk hidup, mulai dari bakteri bersel satu hingga Homo sapiens alias manusia, adalah bersaudara. Konsep ini dipercaya Darwin dan para pengikutnya bahwa dari sudut pandang molekuler, semua hewan merupakan kerabat yang cukup dekat.
Sang penulis buku, Richard Dawkins, adalah seorang ilmuwan dari Universitas Oxford yang merupakan pengikut setia teori Darwin. Dalam setiap buku-bukunya ia selalu ingin mencoba menguraikan dan menjajaki kekuatan teori Darwin, salah satunya adalah konsep di atas. Pembaca buku ini dihadapkan pada pemaparan yang cukup menarik tentang bagaimana suatu gen diturunkan dari generasi ke generasi. Bagaimana gen-gen tersebut bukan saja saling bekerja sama tapi juga saling bersaing secara sehat untuk memberikan yang terbaik bagi generasi penerusnya. Sehingga, makhluk hidup yang mampu bertahan hidup adalah yang serba unggul. Makhluk yang sukses menjadi leluhur. Semua itu tak lepas dari peran lingkungan yang turut mempengaruhi, apakah suatu gen dapat terus bertahan atau tidak.
Sungai Firdaus adalah bahasa yang digunakan Dawkins untuk menyebut DNA. Sungai Firdaus menurutnya merupakan sungai pembawa informasi genetik yang mengalir lintas masa. Sungai DNA atau sungai gen ini, ia sebut juga sebagai sungai digital karena memuat sandi-sandi genetik yang bersifat digital atau bersifat angka. Setiap sel dalam tubuh mengandung aksara DNA yang dapat disalin selama bergenerasi-generasi (karena bersifat digital). Salinan itu akan sama dengan aslinya kecuali terjadi kesalahan cetak karena proses mutasi, yang oleh seleksi alam bisa dimusnahkan atau justru dilestarikan. Sungai gen suatu saat akan berpisah dan bercabang-cabang membentuk spesies baru akibat terjadi keterpisahan secara geografis. Itu artinya bahwa ciri yang menandai suatu spesies adalah semua anggota spesies itu punya sungai gen yang sama.
Lebih lanjut, Dawkins menjelaskan tentang apa yang terjadi pada suatu sel. Bagaimana pengaruh gen-gen yang ada dalam sel menyebabkan sel tersebut bereplikasi kemudian berdiferensiasi sehingga muncul istilah keragaman sel. Keragaman sel ini sangat terprogram dan dapat diprediksi dengan rinci. Berbeda dengan keragaman spesies yang merupakan hasil pengaruh geografis dan tidak dapat diprediksi.
Dalam bab dua, alur penjelasan menjadi lebih menarik karena pada bab inilah dikemukakan bahwa DNA dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah leluhur asalkan seks tidak ikut campur di dalamnya. Pada bab ini kita akan mendapat gambaran mengapa Dawkins meyakini bahwa makhluk hidup berasal dari leluhur tunggal. Ia menjelaskan dengan cukup gamblang bahwa seks dapat menjadi penghalang dalam penelusuran sejarah leluhur karena informasi (baca: DNA) yang dibawanya adalah gabungan dari pita-pita DNA ayah dan ibu yang sebelumnya telah terobek-robek.
Dengan berpegang pada istilah Siti Hawa Mitokondria, Dawkins memaparkan sejauh mana kita harus mundur ke masa silam untuk mendapatkan leluhur bersama umat manusia. Teori paling terkenal yang dikemukakan Lynn Margulis dari Universitas Massachusetts adalah dalam sejarah evolusioner purba, mitokondria merupakan bakteri, memiliki DNA sendiri, tidak tercemar tetapi tidak kebal terhadap mutasi. Kita tentunya tahu bahwa mitokondria ada pada setiap sel yang membangun tubuh kita. Jadi berdasarkan teori ini, sel-sel tubuh kita ibarat taman tertutup berisi bakteri. Pada saat ini hal tersebut sudah diamini oleh kebanyakan ahli biologi dunia karena hampir bisa dipastikan benar.
Fakta selanjutnya adalah bahwa DNA mitokondria berasal hanya dari ibu karena sperma terlalu kecil untuk dapat memuat lebih dari beberapa mitokondria. Sperma hanya mampu menyediakan energi untuk menggerakkan ekornya ketika berenang menuju sel telur, dan sejumlah kecil mitokondria terbuang bersama ekor itu saat kepala sperma diserap sel telur ketika pembuahan terjadi. Hal inilah yang membuat Dawkins memilih istilah Siti Hawa Mitokondria.
Bab demi bab dalam buku ini sangat saling berkaitan. Bab awal mempersiapkan pembaca terhadap pandangan bahwa asas manfaat sejati kehidupan yang dimaksimalisasi dalam alam adalah kelestarian DNA. Hal ini erat kaitannya dengan proses seleksi alam ala Darwin. Bab-bab selanjutnya lebih banyak berisi penjelasan lebih luas dari hal-hal yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Gaya bertutur Dawkins penuh dengan metafora. Contoh kasus dan penjelasan panjang lebar mengenai satu hal yang dikemukakan, sepertinya membuat pembacanya ikut larut dalam ritme yang diciptakannya sehingga kita akan mengerti dengan sendirinya pada setiap akhir bab.
Bagi sebagian orang, mungkin membaca buku ini dengan sedikit tersendat-sendat karena banyak menggunakan istilah hasil terjemahan yang kurang dikenal. Tetapi hal itu bukan merupakan kendala untuk tidak membacanya sampai akhir bab. Sebagai saran, pembaca buku ini sebaiknya telah memiliki dasar pengetahuan mengenai ilmu genetika misalnya proses-proses seperti mitosis dan meiosis. Ini akan memudahkan kita mengikuti alur ciptaan Dawkins dan selanjutnya akan membawa ke dalam suatu pemahaman  terhadap konsep Darwin mengenai teori evolusi, yang oleh sebagian orang banyak ditentang.


Judul               : Sungai Dari Firdaus: Suatu Pandangan Darwinan Tentang Kehidupan
Judul Asli        : River Out of Eden: A Darwinian View of Life
Penulis             : Richard Dawkins
Penerjemah      : Damaring Tyas W.P. & Parakitri T. Simbolon.
Penerbit           : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun Cetak    : November 2005
Tebal               : xiv + 194 halaman

No comments:

Post a Comment