Thursday, August 27, 2015

Johnny Mushroom dan cerita lainnya; Realita dalam Cerita Masyarakat Urban


         ”JOHNNY Mushroom” adalah sebuah judul cerita yang mengusik minat membaca. Ini bukan cerita tentang seorang tukang masak. Ini adalah sebuah cerita yang menggelitik otak untuk berpikir. Tak hanya jalan ceritanya yang unik, cerita ini juga mencoba menyuguhkan sebuah permasalahan sosial yang sebelumnya mungkin tak pernah kita sadari keberadaannya. Zaky Yamani, sang penulis buku, dengan lancar bertutur tentang kehidupan seorang pemuda bernama Yadi alias Johnny.
Johnny pertama kali berkenalan dengan magic mushroom, si jamur memabukkan, saat ia masih SD. Perkenalan tak sengaja itu sempat membuat ayah, ibu dan pamannya mencicipi bagaimana rasanya fly. Seperti yang dijelaskan di dalam buku, perasaan fly adalah perasaan santai, melayang dan damai, kalau tidak bisa dibilang pusing seperti orang terkena vertigo. Niat Johnny untuk membantu ibunya membawakan lauk untuk makan malah berubah menjadi petaka. Semua anggota keluarganya mengalami halusinasi yang mengejutkan.
Efek halusinogenik dari jamur yang ditemukan Johnny kecil di atas tahi sapi itu pernah membuatnya kapok. Tapi kini tidak lagi. Johnny yang telah beranjak dewasa mulai menemukan kesenangan baru bergaul dengan sang jamur.
Sebagai seorang pemuda yang berjiwa hippie, dandanan nyentrik dan kehidupan ala komunitas skinhead telah menjadi sahabat terbaiknya. Pun ketika temannya di masa dewasa kembali memunculkan memori lama tentang jamur itu.
 Johnny akhirnya tak ragu menerima tawaran temannya untuk kembali mencicipi si magic mushroom. Bahkan memunculkan ide untuk kemudian menjadikannya sebuah bisnis yang menjanjikan. Apalagi yang kurang dari si magic mushroom ini. Barang asyik, modal kecil, perawatan tak sulit dan yang penting: legal. Ya, belum ada hukum dan aturan yang melarang jual beli mushroom di Indonesia, tidak seperti ganja.
Cerita Johnny Mushroom hanyalah satu dari 16 cerita pendek yang diramu Zaky dengan sangat apik dan menggelitik. Menggelitik bukan hanya karena beberapa kalimatnya yang memang tertata tak biasa, tetapi di akhir setiap cerita seringkali kita akan dibuat tersenyum miris. Terkadang ingin tertawa dan menangis secara bersamaan.
Sebagian besar cerita yang ditampilkan, berlatar belakang dunia anak jalanan dan kehidupan malam. Dalam cerita ”Getir” dan ”Percakapan Antara Mur dan Baut”, sepertinya Zaky mencoba untuk membuka mata kita semua. Membuka mata bahwa masih banyak hal tak terselesaikan tentang kehidupan keras manusia-manusia urban. Masih banyak air mata berserakan di antara megahnya bangunan pabrik dan rumah sakit.
Cerita ”Nihil” mungkin akan membuat kita sedikit bergidik karena tersaji bak cerita film gangster dan mafia. Sementara cerita ”Saturdays Night’s Lullaby” mungkin akan membuat kita terbahak sejenak sebelum akhirnya kembali merenung. Di sinilah gaya black comedy sedikit muncul. Satu hal yang menarik, dari sekian banyak cerita terselip cerita cinta. Cerita itu mengajak kita untuk menyadari bahwa rasa sayang akan terpancar dengan sendirinya jika semua perasaaan terpusat pada seseorang yang kita cintai, bukan dari benda yang kita berikan sebagai tanda kasih sayang. Beberapa cerita diambil dari sudut pandang yang unik, meskipun ujung-ujungnya tetap mengambil permasalahan berbau kritik sosial.
Meskipun memilih penerbitan secara indie, tetapi kualitas isi buku tetap digarap serius. Desain sampul yang cukup menarik tampil dengan warna sederhana. Seperti isi ceritanya yang kebanyakan disajikan dengan sederhana tetapi bermakna dalam.
Latar belakang sebagai jurnalis Pikiran Rakyat, agaknya membuat Zaky memperoleh banyak kesempatan untuk dapat membuat riset mendalam mengenai kehidupan unik versi masyarakat urban masa kini. Peraih penghargaan Anugerah Adiwarta Sampoerna tahun 2009 untuk kategori liputan investigasi sosial ini, berani menceritakan sebuah kehidupan yang jarang tersentuh dan disadari oleh banyak orang. Sebuah kehidupan penuh problematika yang tak ada habisnya. Dari mulai kehidupan pengamen, berandalan, pengangguran, hingga pembunuh bayaran, semuanya terwakili oleh cerita-cerita yang ada di buku ini.

Buku ini tepat bagi Anda yang ingin ikut berkelana dengan pengalaman pahit getir sang tokoh di dalam setiap cerita. Satu hal yang pasti, buku ini lebih cocok untuk dibaca mereka yang telah berumur 17 tahun ke atas. ***

Judul buku  : Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya
Penulis        : Zaky Yamani
Editor         : Reita Ariyanti
Penerbit      : Majelis Sastra Bandung
Cetakan      : I. Mei 2011
Halaman     : vi + 149 halaman