Menjajaki Kekuatan Teori Darwin
APAKAH anda percaya seluruh makhluk hidup berasal dari leluhur tunggal?
Suatu konsep yang berarti bahwa semua jenis makhluk hidup, mulai dari bakteri
bersel satu hingga Homo sapiens alias
manusia, adalah bersaudara. Konsep ini dipercaya Darwin dan para pengikutnya
bahwa dari sudut pandang molekuler, semua hewan merupakan kerabat yang cukup
dekat.
Sang penulis buku, Richard Dawkins, adalah seorang ilmuwan dari
Universitas Oxford yang merupakan pengikut setia teori Darwin. Dalam setiap
buku-bukunya ia selalu ingin mencoba menguraikan dan menjajaki kekuatan teori
Darwin, salah satunya adalah konsep di atas. Pembaca buku ini dihadapkan pada
pemaparan yang cukup menarik tentang bagaimana suatu gen diturunkan dari
generasi ke generasi. Bagaimana gen-gen tersebut bukan saja saling bekerja sama
tapi juga saling bersaing secara sehat untuk memberikan yang terbaik bagi
generasi penerusnya. Sehingga, makhluk hidup yang mampu bertahan hidup adalah
yang serba unggul. Makhluk yang sukses menjadi leluhur. Semua itu tak lepas
dari peran lingkungan yang turut mempengaruhi, apakah suatu gen dapat terus
bertahan atau tidak.
Sungai Firdaus adalah bahasa yang digunakan Dawkins untuk menyebut DNA.
Sungai Firdaus menurutnya merupakan sungai pembawa informasi genetik yang
mengalir lintas masa. Sungai DNA atau sungai gen ini, ia sebut juga sebagai sungai
digital karena memuat sandi-sandi genetik yang bersifat digital atau bersifat
angka. Setiap sel dalam tubuh mengandung aksara DNA yang dapat disalin selama
bergenerasi-generasi (karena bersifat digital). Salinan itu akan sama dengan
aslinya kecuali terjadi kesalahan cetak karena proses mutasi, yang oleh seleksi
alam bisa dimusnahkan atau justru dilestarikan. Sungai gen suatu saat akan
berpisah dan bercabang-cabang membentuk spesies baru akibat terjadi
keterpisahan secara geografis. Itu artinya bahwa ciri yang menandai suatu
spesies adalah semua anggota spesies itu punya sungai gen yang sama.
Lebih lanjut, Dawkins menjelaskan tentang apa yang terjadi pada suatu
sel. Bagaimana pengaruh gen-gen yang ada dalam sel menyebabkan sel tersebut
bereplikasi kemudian berdiferensiasi sehingga muncul istilah keragaman sel.
Keragaman sel ini sangat terprogram dan dapat diprediksi dengan rinci. Berbeda
dengan keragaman spesies yang merupakan hasil pengaruh geografis dan tidak
dapat diprediksi.
Dalam bab dua, alur penjelasan menjadi lebih menarik karena pada bab
inilah dikemukakan bahwa DNA dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah
leluhur asalkan seks tidak ikut campur di dalamnya. Pada bab ini kita akan
mendapat gambaran mengapa Dawkins meyakini bahwa makhluk hidup berasal dari
leluhur tunggal. Ia menjelaskan dengan cukup gamblang bahwa seks dapat menjadi
penghalang dalam penelusuran sejarah leluhur karena informasi (baca: DNA) yang
dibawanya adalah gabungan dari pita-pita DNA ayah dan ibu yang sebelumnya telah
terobek-robek.
Dengan berpegang pada istilah Siti Hawa Mitokondria, Dawkins memaparkan
sejauh mana kita harus mundur ke masa silam untuk mendapatkan leluhur bersama
umat manusia. Teori paling terkenal yang dikemukakan Lynn Margulis dari
Universitas Massachusetts adalah dalam sejarah evolusioner purba, mitokondria
merupakan bakteri, memiliki DNA sendiri, tidak tercemar tetapi tidak kebal
terhadap mutasi. Kita tentunya tahu bahwa mitokondria ada pada setiap sel yang
membangun tubuh kita. Jadi berdasarkan teori ini, sel-sel tubuh kita ibarat
taman tertutup berisi bakteri. Pada saat ini hal tersebut sudah diamini oleh
kebanyakan ahli biologi dunia karena hampir bisa dipastikan benar.
Fakta selanjutnya
adalah bahwa DNA mitokondria berasal hanya dari ibu karena sperma terlalu kecil
untuk dapat memuat lebih dari beberapa mitokondria. Sperma hanya mampu menyediakan
energi untuk menggerakkan ekornya ketika berenang menuju sel telur, dan
sejumlah kecil mitokondria terbuang bersama ekor itu saat kepala sperma diserap
sel telur ketika pembuahan terjadi. Hal inilah yang membuat Dawkins memilih istilah
Siti Hawa Mitokondria.
Bab demi bab dalam
buku ini sangat saling berkaitan. Bab awal mempersiapkan pembaca terhadap
pandangan bahwa asas manfaat sejati kehidupan yang dimaksimalisasi dalam alam
adalah kelestarian DNA. Hal ini erat kaitannya dengan proses seleksi alam ala
Darwin. Bab-bab selanjutnya lebih banyak berisi penjelasan lebih luas dari
hal-hal yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Gaya bertutur Dawkins penuh
dengan metafora. Contoh kasus dan penjelasan panjang lebar mengenai satu hal
yang dikemukakan, sepertinya membuat pembacanya ikut larut dalam ritme yang
diciptakannya sehingga kita akan mengerti dengan sendirinya pada setiap akhir
bab.
Bagi sebagian orang, mungkin membaca buku ini
dengan sedikit tersendat-sendat karena banyak menggunakan istilah hasil
terjemahan yang kurang dikenal. Tetapi hal itu bukan merupakan kendala untuk
tidak membacanya sampai akhir bab. Sebagai saran, pembaca buku ini sebaiknya
telah memiliki dasar pengetahuan mengenai ilmu genetika misalnya proses-proses
seperti mitosis dan meiosis. Ini akan memudahkan kita mengikuti alur ciptaan
Dawkins dan selanjutnya akan membawa ke dalam suatu pemahaman terhadap konsep Darwin mengenai teori
evolusi, yang oleh sebagian orang banyak ditentang.
Judul
: Sungai Dari Firdaus: Suatu
Pandangan Darwinan Tentang Kehidupan
Judul Asli :
River Out of Eden: A Darwinian View of
Life
Penulis :
Richard Dawkins
Penerjemah :
Damaring Tyas W.P. & Parakitri T. Simbolon.
Penerbit :
Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun Cetak :
November 2005
Tebal :
xiv + 194 halaman